Filariasis

 

Etiologi

Filariasis disebabkan oleh infestasi satu atau lebih cacing jenis filaria, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
 

1. W. bancrofti

Periodisitas keberadaan mikrofilaria dalam darah tepi tergantung spesies. Mikrofilaria W. bancrofti pada belahan bumi selatan termasuk Indonesia, umumnya ditemukan pada malam hari sedangkan di daerah Pasifik bersifat subperiodik diurna. Parasit ini ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefasciatus di daerah perkotaan dan nyamuk Anopheles serta nyamuk Aedes sebagai vektor di daerah pedesaan. Daur hidup parasit ini sangat panjang. Pertumbuhannya dalam tubuh nyamuk sekitar dua minggu dan pada manusia diduga selama 7 bulan. Mikrofilaria yang terisap nyamuk akan masuk ke lambung melepaskan kulitnya, lalu menembus dindingya untuk bersarang pada otot toraks dan melepaskan larva stadium I. Larva stadium I bertukar kulit 2 kali berturut-turut menjadi larva stadium II kemudian larva stadium III yang sangat aktif. Bentuk aktif ini bermigrasi sampai ke alat tusuk nyamuk. Melalui gigitan nyamuk maka larva stadium III ini masuk ke dalam tubuh hospes dan di saluran limfe Larva mengalami pergantian kulit dan tumbuh sebagai larva stadium IV dan stadium V atau cacing dewasa.
 

2. D. malayi dan B. timori

Mikrofilaria B. malayi mempunyai periodisitas nokturna dan nonperiodik sedangkan B. timori bersifat nokturna. B. malayi yang hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris. B. malayi yang hidup pada manusia dan hewan oleh nyamuk Mansonis. B. timori ditularkan oleh nyamuk A. barbirostris. Masa pertumbuhan parasit ini dalam tubuh nyamuk sekitar 10 hari dan dalam tubuh mnusia kurang lebih 3 bulan. Fase perkernbangan kedua parasit ini sama denganW. bancrofti.

 

Manifestasi Klinis

1. W. bancrofti

Perjalanan penyakit filaria limfatik dapat dibagi dalam 3 stadium, yaitu stadium tanpa gejala, stadium akut, dan stadium menahun. Mikrofilaria biasanya tidak menimbulkan gejala. Stadium akut ditandai dengan peradangan pada saluran dan kelenjar limfe berupa limfadenitis, limfangitis retrograde dan khusus pada pria dapat ditemukan funikulitis, epididimitis, dan orkitis. Pada stadium menahun, gejala yang dapat dijumpai adalah hidrokel, limfedema dan elefantiasis.

2. B. malayi dan B. timori

Keduanya menampakkan gejala klinis yang sama. Stadium akut ditandai dengan demam, peradangan saluran dan kelenjar limfe yang berulang, limfangitis retrograde tetapi tidak pernah mengenai sistem limfe alat kelamin.

 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan:
1. Anamnesis yang berhubungan dengan nyamuk di daerah endemik.
2. Gejala klinis
3. Mikrofilaria dalam darah tepi. Pada filaria bancrofti, mikrofilaria juga ditemukan pada cairan hidrokel atau cairan kiluria.
4. Biopsi kelenjar atau jaringan limfe, di mana akan didapatkan potongan cacing dewasa 

Penatalaksanaan

 

1. Perawatan umum

  • Istirahat ditempat tidur bila dipindahkan ke daerah dingin akan mengurangi derajat serangan akut.

  • Antibiotik dapat diberikan untuk mengatasi infeksi sekunder dan abses.

  • Pengikatan di daerah pembendungan akan mengurangi edema.
     

2. Medikamentosa
Obat pilihan adalah dietilkarbamasin sitrat (DEC). Dosis untuk filariasis bancrofti adalah 6 mg/kg BB/hari selama 12 hari dan dosis ini dapat diulang 2-3 kali. Dosis untuk filariasis brugia adalah 5 mg/kg BB/hari selama 10 hari dan dosis ini dapat diulang 2-3 kali.

3. Pembedahan
Elefantiasis membutuhkan tindakan pembedahan. 

Prognosis

Stadium mikrofilaria, limfangitis, dan limfedema dapat disembuhkan dengan pengobatan DEC, tetapi kasu s lanjut seperti elefantiasis prognosisnya lebih buruk.