Dermatosis Eritroskuamosa



Dermatosis eritroskuamosa ialah penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritema dan skuama, yaitu 
psoriasis, parapsoriasispitiriasis roseaeritrodermadermatitis seboroik, lupus eritematosus, dan dermatofitosis.
Jenis-jenis dermatosis eritroskuamosa

  1. Psoriasis
    ialah penyakit yang bersifat kronis dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai fenomena tetesan lilin dan Auspitz. Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun tidak menyebabkan kematian, penyakit ini menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih lagi mengingat perjalanan penyakitnya menahun dan residif. Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada kulit berwama. Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita. Psoriasis terdapat pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa. Etiologi belum diketahui, yangjelas ialah waktu pulih (turn over time)epidermis dipercepat menjadi 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Pada sebagian pasien terdapat faktor herediter yang bersifat dominan. Faktor fisik dikatakan mempercepat terjadinya residif. Infeksi fokal mempunyai hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis, yaitu psoriasis gutata. Hubungannya dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. Pernah dilaporkan kasus-kasus psoriasis gutata yang menyembuh setelah dilakukan tonsilektomi.
    Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadieritroderma. Sebagian pasien mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada kulit kepala, perbatasan daerah dahi dan rambut, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi dengan skuama di atasnya. Eritema berbatas tegas dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi mulai dari lentikular, numular sampai plakat dan dapat berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar lentikular disebut psoriasis gutata, biasanya terdapat pada anak-anak dan dewasa muda dan umumriya terjadi setelah adanya infeksi akut oleh streptokok. Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik). Kedua fenomena yang disebut lebih dahulu dianggap khas, sedangkan yang terakhir tak khas, hanya kira-kira 47% yang positif dan didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus dan veruka plana juvenilis.
    Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warna menjadi putih setelah digores, seperti lilin yang digores, akibat berubahnya indeks bias cahaya pada lapisan skuama. Cara menggores dapat dilakukan dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak senun atau darah berbintik-bintik akibat papilomatosis. Cara mengerjakannya sebagai berikut: skuama yang berlapis-lapis itu dikerok dengan pinggir gelas alas hingga skuama habis. Pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan karena jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik, melainkan perdarahan yang merata. Trauma pada kulit normal pasien psoriasis, misalnya garukan dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan disebut fenomena Kobner. Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak kira-kira 50%, yang khas adalah pitting nail (nail pit) berupa lekukan-lekukan miliar. Kelainan yang tak khas ialah kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk di bawahnya, dan onikolisis. Selain menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula menyebabkan kelainan pada sendi. Umumnya bersifat poliartikular, tempat predileksi pada sendi interfalangs distal. Banyak terdapat pada usia 30 – 50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks. Kelainan pada mukosa jarang ditemukan dan tidak penting untuk diagnosis sehingga tidak dibicarakan.

    Pada psoriasis terdapat beberapa variasi bentuk klinis.

  • Psoriasis inversus (psoriasis fleksural). Tempat predileksi pada daerah fleksor sesuai dengan namanya.

  • Psoriasis eksudativa. Sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada bentuk ini kelainannya membasah seperti dermatitis akut.

  • Psoriasis seboroik (seboriasis). Gambaran klinisnya merupakan gabungan psoriasis dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak lunak. Kecuali berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik.
     

  • Psoriasis pustulosa. Ada dua anggapan mengenai psoriasis pustulosa, pertama sebagai penyakit tersendiri, kedua sebagai varian psoriasis. Terdapat dua bentuk psoriasis pustulosa, yaitu psoriasis tipe Barber (terlokalisasi) dan psoriasis pustulosa generalisata tipe Zumbusch.
    Pada psoriasis pustulosa tipe Barber terdapat pustul-pustul miliar dan steril pada telapak tangan dan telapak kaki. Pada psoriasis pustulosa tipe Zumbusch juga terdapat pustul pada kelainan yang normal. Pustul tersebut bergerombol, dapat sirsinar, disertai gejala konstitusi (tampak sakit dan demam) serta terdapat leukositosis, kemudian menjadi eritroderma. Penyebabnya tidak diketahui pasti, dapat terjadi karena penghentian pengobatan kortikosteroid secara sistemik atau pengobatan topikal yang terlalu kuat.

  • Eritroderma psoriatika. Dapat disebabkan oleh pengobatan topikal dengan konsentrasi terlalu kuat atau oleh penyakit itu sendiri yang meluas. Biasanya lesi psoriasis yang khas tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal yang menyeluruh. Adakalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar pada tempat predileksi psoriasis, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi. Gambaran histopatologis psoriasis khas, yakni hiperkeratosis, parakeratosis, dan akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses Munro. Selain itu terdapat papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.

    Jika gambaran klinis khas, diagnosis tidak sulit ditegakkan. Jika tidak khas, maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang tergolong dermatosis eritroskuamosa. Pada stadium penyembuhan dapat terjadi hanya dipinggir hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya ialah keluhan pada dermatofitosis gatal sekali dan pada sediaan langsung dengan KOH ditemukan jamur. Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifillis psoriasiformis. Penyakit tersebut sekarang jarang terdapat. Perbedaannya, pada sifilis terdapat sanggama tersangka (coitus suspectus), pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh, dan tes serologi untuk sifilis (T.S.S.) positif. Dermatitis seboroik berbeda dengan psoriasis karena skuamanya berminyak dan kekuning-kuningan dan bertempat predileksi pada tempat yang seboroik. Jika gambaran klinisnya tak khas, dilakukan biopsi. Dalam praktek, adakalanya setelah dilakukan biopsi beberapa kali baru tampak gambaran histopatologik yang khas.

  1. Pitiriasis Rosea

Penyakit kulit ini dimulai dengan lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus, disusul lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan, dan paha atas yang tersusun sesuai lipatan kulit, biasanya menyembuh dalam waktu 3-8 minggu. Ada hipotesis penyebabnya adalah virus karena sifat penyakitnya swasirna (self limitting disease). Pada umumnya tidak terdapat gejala konstitusi. Sebagian pasien mengeluh gatal ringan. Pitiriasis berarti skuama halus. Penyakit dimulai dengan lesi inisial (herald patch atau medalion), umumnya di badan, soliter, bentuk oval dan anular, diameter 3 cm. Lesi berupa eritema dengan skuama halus di tepi. Lesi inisial tersebut sering tidak seluruhnya eritematosa, tetapi bentuknya masih oval dan di tengahnya tampak hipopigmentasi. Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi inisial, ruam seperti lesi pertama dengan ukuran lebih kecil, susunan sejajar kosta pada punggung (menyerupai cemara terbalik), timbul serentak atau dalam beberapa hari. Tempat predileksinya adalah badan, lengan atas bagian proksimal, dan paha atas (seperti pakaian renang wanita jaman dahulu). Pada anak-anak dapat muncul sebagai urtika, vesikel, dan papul.
 

  1. Eritroderma
    Eritroderma (dermatitis eksfoliativa) adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema seluruh/hampir seluruh tubuh, biasanya disertai skuama.

    Penyakit ini disebabkan oleh:

  • Alergi obat, biasanya secara sistemik. Yang tersering adalah: penisilin dan derivatnya, sulfonamid, analgetik/antipiretik, dan tetrasiklin.

  • Perluasan penyakit kulit, misalnya psoriasisdermatitis seboroik, pemfigus foliaseus, dermatitis atopik, pitiriasis rubra pilaris, dan liken planus.

  • Penyakit sistemik, termasuk keganasan.

    Manifestasi Klinis

  • Eritroderma akibat alergi obat, biasanya secara sistemik. Biasanya timbul secara akut dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema menyeluruh, sedangkan skuama baru muncul saat penyembuhan.

  • Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit. Yang tersering adalah psoriasis dan dermatitis seboroik pada bayi (penyakit Leiner).

  • Eritroderma karena psoriasis. Ditemukan eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninggi daripada sekitarnya dengan skuama yang lebih tebal. Dapat ditemukan pitting nail.

  • Penyakit Leiner (eritroderma deskuamativum). Usia pasien antara 4-20 minggu. Keadaan umum baik, biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritema seluruh tubuh disertai skuama kasar.

  • Eritroderma akibat penyakit sistemik, termasuk keganasan. Dapat ditemukan adanya penyakit pada alat dalam, infeksi dalam, dan infeksi fokal. Termasuk dalam golongan ini adalah sindrom Sezary.

    Sindrom Sezary. Penyakit ini termasuk limfoma, diduga merupakan stadium dini mikosis fungoides. Penyebabnya belum diketahui, diduga berhubungan dengan infeksi virus HTLV-V dan dimasukkan ke dalam CTCL (Cutaneous T Cell Lymphoma). Sering menyerang orang dewasa, pada pria usia rata-rata 64 tahun sedangkan wanita 53 tahun.
    Manifestasi klinis subyektif berupa rasa sangat gatal. Secara obyektif terdapat eritema berwarna merah membara menyeluruh disertai skuama kasar dan berlapis, terdapat infiltrasi pada kulit dan edema. Dapat ditemukan splenomegali, limfadenopati superfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hiperkeratosis palmaris dan plantaris, serta kuku yang distrofik. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat leukositosis, dapat timbul eosinofilia dan limfositosis. Terdapat limfosit atipik (sel Sezary) dalam darah, kelenjar getah bening, dan kulit. Pada biopsi ditemukan infiltrat pada dermis bagian atas dan sel Sezary. Disebut sindrom Sezary jika jumlah sel Sezary yang beredar 1000/mmatau lebih. Bila di bawah 1000/mmdisebut sindrom pre Sezary.

     

  1. Dermatitis Seboroik
    Dermatitis seboroik adalah golongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat seboroik. Faktor Predisposisinya yaitu  Status seboroik, infeksi Pityrosporum ovale, kelelahan, stres emosional.

 Bentuk yang ringan adalah pitiriasis sika (ketombe, dandruff) yang hanya mengenai kulit kepala berupa skuama halus dan kasar. Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides, dapat disertai eritema dan krusta tebal. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai di bagian verteks dan frontal, disebut alopesia seboroika. Pada bentuk yang berat terdapat bercak-bercak berskuama dan berminyak, disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telingaposaurikular, dan leher. Pada daerah dahi batasnya sering cembung. Pada bentuk yang lebih berat, seluruh kepala tertutup krusta kotor dan berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama yang kekuningan dan kumpulan debris epitel yang lekat pada kulit disebut cradle cap. Pada daerah supraorbital skuama halus dapat terlihat di alis mata, kulit di bawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak skuama kekuningan.
Dapat pula terjadi 
blefaritis, yakni pinggiran kelopak mata merah disertai skuama halus. Tempat predileksi adalah kepala, dahi, glabela, telinga posaurikular, liangtelinga luar, leher, lipatan nasolabial, daerah sternal, areola mammae, lipatan di bawah mammae pada wanita, interskapular, umbilikus, lipat paha, dan daerah anogenital. Pada daerah pipi, hidung, dan dahi kelainan dapat berupa papul. Dermatitis seboroik dapat bersama-sama dengan akneyang berat. Jika meluas dapat menjadi eritroderma, pada bayi disebut penyakit Leiner. Diagnosis Bandingnya yaitu Psoriasis, kandidiasis, otomikosisotitis eksterna.