Striktur Uretra

Definisi

Berkurangnya diameter dan atau elastisitas uretra akibat digantinya jaringan uretra dengan jaringan ikat yang kemudian mengerut sehingga lumen uretra mengecil.

Etiologi
Kongenital, uretritis gonore atau non gonore, ruptur uretra anterior atau posterior secara iatrogenik maupun bukan. Pada wanita umumnya disebabkan radang kronis. Biasanya wanita tersebut berusia di atas 40 tahun dengan sindrom sistitis berulang.

Patofisiologi

Pada keadaan ini, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat hingga sampai pada suatu saat kemudian akan melemah. Otot kandung kemih semula menebal sehingga terjadi trabekulasi pada fase kompensasi, kemudian timbul sakulasi (penonjolan mukosa masih di dalam otot) dan divertikel (menonjol ke luar) pada fase dekompensasi. Pada fase ini akan tirnbul residu urin yang memudahkan terjadinya infeksi. Tekanan di dalam kandung kemih yang tinggi akan menyebabkan refluks sehingga urin masuk kembali ke ureter, bahkan sampai ke ginjal. Infeksi dan refluks dapat menyebabkan pielonefritis akut atau kronik yang kemudian menyebabkan gagal ginjal.

Manifestasi Klinis
Sumbatan pada uretra dan tekanan kandung kemih yang tinggi dapat menyebabkan imbibisi urin keluar kandung kemih atau uretra proksimal dari striktur. Gejala yang khas adalah pancaran miksi kecil dan bercabang. Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuria, kadang-kadang dengan infiltrat, abses dan fistel. Gejala lanjut adalah retensio urin.

Pemeriksaan Penunjang
Analisis urin dan kultur untuk mencari adanya infeksi. Ureum dan kreatinin darah untuk melihat fungsi ginjal. Diagnosis pasti dibuat dengan uretrografi retrograd (untuk melihat uretra anterior) atau antegrad (untuk melihat uretra posterior). Dapat pula dilakukan uroflowmetri dan uretroskopi.

Diagnosis Pasti
Diagnosis pasti pada wanita adalah dengan bougie aboul’e, dengan tanda khas berupa hambatan pada waktu dilepas.

Penatalaksanaan
Pada pasien yang datang dengan retensio urin harus dilakukan sistostomi kemudian baru dilakukan pemeriksaan uretrografi untuk mengetahui adanya striktur uretra. Pada pasien dengan infiltrat urin atau abses dilakukan insisi, sistostomi, baru kemudian dilakukan uretrografi.

Bila panjang striktur uretra lebih dari 2 cm atau terdapat fistula uretrokutan, atau residif, dapat dilakukan uretroplasty. Bila panjang striktur kurang dari 2 cm dan tidak ada fistel maka dilakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse. Untuk striktur uretra anterior dapat dilakukan otis uretrotomie.

Pada wanita pengobatannya dengan dilatasi, bila cara tersebut gagal bisa dilakukan otis uretrotomie.