Kemoterapi

05 Jun 2015

Kanker merupakan penyakit yang ditakuti dan diwaspadai oleh semua orang. Begitu mendapat vonis kanker, seseorang akan merasa hidupnya akan berakhir dan harus melalui perjuangan untuk melawan rasa sakit yang ditimbulkan oleh kanker. Dalam perawatan medis, kemoterapi adalah alternatif yang ditawarkan dengan tujuan untuk melemahkan pertumbuhan sel kanker melalui radiasi. Kemoterapi harus dilakukan berkali-kali sampai sel kanker benar-benar lemah dan tidak menyebar. Pada pengobatan kanker, kemoterapi dapat diaplikasikan dengan 3 cara, yaitu:

  1. Kemoterapi sebagai terapi utama (primer) yang memang ditujukan untuk memberantas sel-sel kankernya.
  2. Kemoterapi sebagai terapi ajuvan (tambahan) untuk memastikan kanker sudah bersih dan tak kembali. Biasanya diberikan pada pasien yang baru diangkat tumornya melalui pembedahan ataupun radioterapi.
  3. Kemoterapi sebagai terapi paliatif, yaitu hanya bersifat mengendalikan pertumbuhan tumor dan bukan untuk menyembuhkan/memberantas habis sel kankernya. Terapi ini biasanya dilakukan untuk pasien dengan stadium lanjut (4B) dimana kanker sudah menyebar ke organ-organ lain dalam tubuh.

Melakukan kemoterapi tidak hanya membutuhkan biaya yang besar untuk sekali kemoterapi, namun beragam efek akan timbul saat perawatan kemoterapi tersebut, antara lain:

 

Tubuh terasa lemas
Ini adalah efek samping yang umum didapati, timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak langsung menghilang dengan istirahat, kadang dapat berlangsung terus hingga akhir pengobatan.

 

Mual dan muntah
Ada beberapa obat kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu ada beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal ini dapat dicegah dengan obat anti mual yang diberikan sebelum, selama, atau sesudah pengobatan kemoterapi. Mual dan muntah dapat berlangsung singkat ataupun lama.

 

Gangguan pencernaan
Beberapa jenis obat Kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi. Bila diare: kurangi makanan berserat, sereal, buah dan sayur. Minum banyak untuk mengganti cairan yang hilang. Bila susah BAB: perbanyak makanan berserat, olahraga ringan bila memungkinkan.

 

Sariawan dan gangguan indera perasa

Beberapa obat kemoterapi menimbulkan penyakit mulut seperti terasa tebal atau infeksi  yang ditandai dengan luka pada dinding rongga mulut/saluran cerna. Kemoterapi juga bisa merusak reseptor rasa dalam mulut. Perubahan indera perasa biasanya dimulai seminggu setelah kemoterapi dimulai dan berlangsung selama 3-4 minggu.

 

Rambut rontok 

Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi selesai.

 

Kelainan otot dan saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kebas, kesemutan dan mati rasa pada jari tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki.

 

Efek pada darah 
Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah sehingga jumlah sel darah menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leukosit). Penurunan sel darah terjadi pada setiap kemoterapi dan tes darah akan dilaksanakan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal. Penurunan jumlah sel darah dapat mengakibatkan mudah terkena infeksi, perdarahan, dan anemia.

 

Kulit kering dan berubah warna
Lebih sensitif terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang.

 

Produksi hormon tidak stabil 
Menurunkan nafsu seks dan mempengaruhi kesuburan baik pada pria maupun wanita.

 

Diolah dari berbagai sumber

oleh Lingga Yuliana