Karsinoma Kolon dan Rektum

 

Keganasan ini banyak terjadi mulai usia 40 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 60 tahun. Karsinoma rektum lebih banyak terjadi pada laki-laki sedangkan karsinoma rektum lebih banyak pada wanita. Jenis keganasan yang terbanyak adalah adenokarsinoma (65%). Yang menjadi faktor predisposisi adalah poliposis familial, defisiensi imunologi, kolitis ulseratifa, granulomartosis, dan kolitis. lnsidens keganasan ini di berbagai daerah berbeda-beda dan ternyata berhubungan dengan faktor lingkungan terutama kebiasaan makan. Masyarakat yang dietnya rendah selulosa tapi tinggi protein hewani dan lemak, memiliki insidens yang cukup tinggi. Orang yang kurang mengkonsumsi selulosa, maka feses yang terbentuk lebih kecil dan mengalami pasase di usus lebih lama. Hal ini akan menyebabkan kontak yang sifatnya karsinogenik bagi mukosa usus.

Lokasi karsinoma ini biasanya di rektum, sigmoid, kolon kanan (asenden), dan kolon kiri (desenden). Jarang ditemukan di kolon transversum. Metastasis keganasan ini, selain secara limfogen dan hematogen, juga perkontinuitatum yang biasanya karena gravitasi. Penyebaran perkontinuitatum ini terjadi bila ada sel tumor yang terlepas dan jatuh di rongga abdomen, tersering di daerah kavum Douglasi. Pertumbuhan tumor di daerah ini dapat diraba dengan colok dubur. Metastasis juga dapat terjadi karena implantasi, yang biasanya terjadi pada operasi.

 
Manifestasi Klinis
Gejala tergantung lokalisasi, jenis keganasan, penyebaran, dan komplikasi (perforasi, obstruksi, dan perdarahan). Adenokarsinoma kolorektal lambat pertumbuhannya. Diperkirakan untuk mencapai besar 2 kali lipat pertumbuhan membutuhkan waktu 620 hari sehingga biasanya sebelum mencapai besar tertentu bersifat asimtomatik. Untuk diagnosis dini anamnesis dam pemeriksaan yang teliti akan sangat membantu.

 

A. Pada kolon kanan (asenden)
Lumennya relatif besar, berdinding tipis dan massa feses di sini agak cair. Karena itu sebelum besar sekali tidak akan memberi gejala yang nyata. Pasien tampak lesu dan kurus karena anemia berat (anemia hipokrom mikrositik). Mungkin tidak ada darah pada feses tetapi occult bleeding dapat dijumpai. Pasien mengeluh rasa tidak enak (discomfort) pada perut bagian kanan terutama sehabis makan. Hal ini sering dikacaukan dengan kelainan pada kandung empedu dan penyakit gastroduodenal. Perubahan pola defekasi dan gejala obstruksi biasanya tidak ada. Sekitar 10% kasus ditemukan dengan terabanya massa tumor oleh dokter maupun oleh pasien sendiri. 

B. Pada kolon kiri (desenden)
Lumen relatif lebih kecil dan massa feses di sini semisolid. Tumor tumbuh melingkari dinding usus dan terjadi perubahan pola defekasi yaitu konstipasi dan frekuensi defekasi yang lebih sering terjadi bergantian. Obstruksi parsial maupun obstruksi total bisa terjadi. Obstruksi total bisa terjadi tanpa didahului gejala atau gejala awal berupa konstipasi yang meningkat, ukuran feses mengecil, dan rasa penuh pada perut disertai sakit menjadi lebih nyata. Terjadi perdarahan, tetapi tidak masif. Feses bercampur darah segar atau darah tua dan sering didapati adanya lendir bersama-sama darah atau bekuan darah.

C. Pada rektum/rektosigmoid.
Keluhan utama adalah buang air besar berdarah dan berlendir. Terjadi perubahan pola defekasi yaitu diare selama beberapa hari yang disusul konstipasi selama beberapa hari (diare dan konstipasi bergantian). Ukuran feses kecil-kecil seperti kotoran kambing. Pasien mengeluh kembung dan mules hilang timbul sehingga terjadi anoreksia dan berat badan akan menurun dengan cepat. Di samping itu terjadi tenesmus, rasa tidak puas sehabis buang air besar, dan keluhan pegal-pegal. Keluhan perut kembung, mules, dan sebagainya sering dianggap sebagai masuk angin dan pasien terlambat datang ke dokter. Berbeda dari kolon, mukosa di rektum tidak dilapisi oleh tunika serosa. Perdarahan di sini berasal dari a. hemoroid superior (cabang a. mesenterika inferior) serta a. hemoroid inferior dan media. Perdarahan yang terjadi biasanya lebih banyak.

Dari pemeriksaan fisik, kecuali pada karsinoma rektum, mungkin tidak ditemukan kelainan.

 
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pemeriksaan khusus yang lain adalah:

Proktosigmoidoskopi. Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita karsinoma usus besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa terlihat langsung. Karsinoma kolon di bagian proksimal sering berhubungan dengan adanya polip pada daerah rektosigmoid.

Kolonoskopi. Diperiksa dengan alat yang sekaligus dapat digunakan untuk biopsi tumor.

Sistoskopi. Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing. Hal ini sering terjadi.

Pada pemeriksaan dengan barium enema akan tampak filling defect biasanya sepanjang 5-6 cm berbentuk anular atau apple core. Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak. Bila pada pemeriksaan dini tidak tampak kelainan tetapi gejala-gejala yang ada sangat menyokong untuk terjadinya keganasan maka perlu dilakukan pemeriksaan kolonoskopi.
 

Diagnosis

Pemeriksaan fisis yang pada karsinoma rekti adalah colok dubur untuk dapat menilai:

o tonus sfingter ani: keras atau lembek;
o mukosa: kasar, kaku, licin atau tidak;
o ampula rektum: kolaps, kembung, atau terisi feses;
tumor dapat teraba bisa juga tidak mudah berdarah atau tidak.
Yang juga perlu dinilai adalah jarak dari garis anorektal sampai tumor, lokasi (pada jam berapa), pergerakan dari dasar, permukaan, lumen yang dapat ditembus jari, batas atas, dan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan lebih lanjut adalah dengan anuskopi. Dengan cara ini tumor dapat terlihat langsung.

Penatalaksanaan
Pengobatan terpilih adalah operasi.

1. Pada karsinoma kolon

Terapi karsinoma kolon adalah reseksi lesi dan kelenjar regional (en bloc). Kemoterapi diberikan sebagai ajuvan terapi.

  • Pada kolon kanan dilakukan hemikolektomi kanan.

  • Pada kolon kiri dilakukan hemikolektomi kiri

  • Pada kolon transversum dilakukan transvesektomi

  • Pada kolon sigmoid dilakukan sigmoidektomi.

2. Pada karsinoma rekti

Pemilihanjenis operasi tergantung stadium klinis, lokasi tumor, resktabilitas, dan keadaan umum pasien. Colok dubur sangat penting untuk menentukan lokasi dan resktabilitas tumor.

Prinsip prosedur untuk karsinoma rekti adalah sebagai berikut:

  1. Reseksi abdomino perineal/amputasi rekti (Milles Procedure). Bagian distal sigmoid, rektosigmoid, dan rektum direseksi, kemudian dibuat end kolostomi.

  2. Low anterior resection/anterior resection. Insisi lewat abdomen. Kolon kiri atau sigmoid dibuat anastomosis dengan rektum.

  3. Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat bisa menyebabkan komplikasi antara lain inkontinensia alvi.

  4. Prosedur paliatif, dibuat stoma saja.

  5. Fulgurasi (elektrokoagulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan unresektabel

 
Klasifikasi Histologi
o Adenokarsinoma

  • Berdiferensiasi baik

  • Berdiferensiasi sedang

  • Berdiferensiasi buruk

o Adenokarsinoma musinosum (berlendir)

Signet ring cell carcinoma

o dan lain-lain

Klasifikasi TNM
T-Tumor primer
Tx Tumor primer tidak dapat di nilai T0 Tidak ada tumor primer

Tis Karsinoma insitu: invasi lamina propia atau intraepitelial T1 Invasi tumor di lapisan submukosa

T2 Invasi tumor di lapisan otot propria.

T3 (nvasi tumor melewati otot propria ke subserosa atau rnasuk ke perikolik yang tidak dilapisi peritoneum atau perirektal

T4 Invasi tumor terhadap organ/struktur sekitarnya dan/atau peritoneum viseral.
 

N-Kelenjar limfe regional.

Nx Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai N0 Tidak didapatkan kelenjar limfe regional
N1 Metastasis di 1 – 3 kelenjar limfe perikolik atau perirektal.
N2 Metastasis di 4 atau lebih kelenjar limfe perikolik atau perirektal.
N3 Metastasis pada kelenjar limfe sesuai nama pembuluh darah dan atau pada kelenjar apikal (bila diberi tanda oleh ahli bedah) 

M – Metastasis jauh

Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh.