Benda Asing di Saluran Napas

Definisi
Benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Dari semua kasus benda asing yang masuk ke dalam saluran cerna dan pernapasan anak-anak, sepertiga di antaranya tersangkut di saluran napas.

Benda asing di laring dan trakea lebih sering terjadi pada bayi kurang dari 1 tahun. Benda asing di bronkus paling sering berada di bronkus kanan, karena bronkus utama kanan lebih besar, mempunyai aliran udara lebih besar, dan membentuk sudut lebih kecil terhadap trakea dibandingkan bronkus utama kiri.

Faktor Predisposisi
Faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi yang normal (tidur, kesadaran menurun, epilepsi, dan alkoholisme), faktor fisik (kelainan dan penyakit neurologik), proses menelan yang belum sempurna pada anak, faktor dental, medikal dan surgikal (tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum tumbuhnya gigi molar pada anak yang berumur < 4 tahun), faktor kejiwaan (emosi, gangguan psikis), ukuran dan bentuk serta sifat benda asing, faktor kecerobohan (meletakkannya di mulut, persiapan makanan yang kurang baik, tergesa-gesa, makan sambil bermain), memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum lengkap.

Patofisiologi
Saat benda atau makanan berada di dalam mulut, anak tertawa atau menjerit, sehingga saat inspirasi, laring terbuka dan benda asing masuk ke dalam laring. Saat benda asing terjepit di sfingter laring, pasien batuk paroksismal, tersumbat di trakea, mengi, dan sianosis. Setelah masuk ke dalam trakea atau bronkus, kadang terjadi fase asimtomatik selama 24 jam atau lebih diikuti fase pulmonum dengan gejala bergantung pada derajat sumbatan bronkus.

Benda asing organik seperti kacang mempunyai sifat higroskopik mudah melunak, mengembang oleh air, dan menyebabkan iritasi pada mukosa. Mukosa bronkus edema, meradang, dapat terjadi jaringan granulasi sehingga gejala sumbatan menghebat. Timbul laringotrakeo-bronkitis, toksemia, batuk, dan demam yang iregular.

Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan lebih ringan. Benda asing dari metal dan tipis memberikan gejala batuk spasmodik.

Manifestasi Klinis
Gejala sumbatan tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk, dan ukuran benda asing. Terjadi 3 stadium:

1. Stadium pertama
Gejala permulaan berupa batuk-batuk hebat secara tiba-tiba, rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, bicara gagap, dan obstruksi jalan napas segera.
2. Stadium kedua
Interval asimtomatik karena refleks-refleks melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Berbahaya karena sering menyebabkan diagnosis aspirasi diabaikan atau terlambat.
3. Stadium ketiga
Telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi, atau infeksi, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia, dan 
abses paru.

Benda asing di laring dapat menimbulkan kegawatan bila menyumbat total, sehingga bisa terjadi kematian mendadak akibat asfiksia karena spasme laring, dengan gejala disfonia sampai afonia, apnea, dan sianosis. Sumbatan tidak total dapat menimbulkan suara parau, disfonia sampai afonia, batuk dengan sesak, odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis, dispnea dengan derajat bervariasi, dan rasa subyektif dari benda asing. Pasien gelisah dan memegang lehernya (V sign). Pada sumbatan parsial laring yang lama akan timbul gejala tambahan berupa stridor, selain batuk tiba-tiba, serak, dan sesak napas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala sumbatan laring (Jackson) yang terbagi dalam 4 stadium:

Stadium I : cekungan sedikit pada inspirasi di daerah suprasternal, kadang-kadang belum ada stridor.
Stadium II : cekungan di suprasternal dan epigastrium, stridor mulai terdengar.
Stadium III : cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, interkostal, dan supraklavikula. Stridor jelas terdengar dan anak tampak gelisah.
Stadium IV : cekungan bertambah dalam, sianosis, anak yang mula-mula gelisah, mulai tampak bertambah lemah dan akhirnya diam dengan kesadaran menurun.

Benda asing di trakea memberikan gejala batuk tiba-tiba yang berulang-ulang dengan rasa tercekik, serak, dispnea, sianosis, rasa tersumbat di tenggorok, gejala patognomonik yaitu audible snap, palpatory thud, dan asthmatoid wheeze. Jika tersangkut di karina, dapat terjadi atelektasis di satu sisi paru dan emfisema di sisi yang lain.

Pasien dengan benda asing di bronkus umumnya datang pada fase asimtomatik. Kemudian benda asing bergerak ke perifer, sehingga udara yang masuk terganggu dan pada auskultasi terdengar ekspirasi memanjang dengan mengi. Dapat timbul emfisema, atelektasis, drowned lung, dan abses paru. Gejala fisik dapat bervariasi karena perubahan posisi benda asing. Keluhan batuk kronik dan sesak napas menyerupai gejala pasien asma atau bronkopneumonia.

Benda asing di orofaring dan hipofaring dapat tersangkut di tonsil, dasar lidah, valekula, sinus piriformis menimbulkan rasa nyeri pada waktu menelan. Benda asing di sinus piriformis menunjukkan tanda Jackson, yaitu akumulasi ludah di sinus piriformis tempat benda asing tersangkut.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan foto leher dalam posisi tegak untuk menilai jaringan lunak leher serta toraks postero anterior dan lateral. Benda yang bersifat radioopak difoto segera setelah kejadian, sedangkan benda yang radiolusen dibuatkan setelah 24 jam kejadian, biasanya baru tampak tanda atelektasis atau emfisema. Endoskopi dilakukan atas indikasi diagnostik dan terapi. Bronkogram dipakai untuk benda asing radiolusen di perifer pada pandangan endoskopi serta menilai bronkiektasis. Pemeriksaan laboratorium darah berguna untuk mengetahui gangguan keseimbangan asam basa dan tanda infeksi traktus trakeobronkial. Cara terbaik untuk melihat saluran napas secara keseluruhan adalah video fluoroskopi. Gambaran emfisema obstruktif tampak sebagai pergeseran mediastinum ke sisi paru yang sehat saat ekspirasi dan pelebaran interkostal.

Komplikasi
Bila lama berada di bronkus, dapat timbul penyakit paru kronik supuratif, bronkiektasis, abses paru, dan jaringan granulasi yang menutupi benda asing. Sumbatan total laring yang berlangsung lebih dari 5 menit pada dewasa atau 8 menit akan menyebabkan kerusakan jaringan otak dan henti jantung.

Penatalaksanaan
Yang terbaik adalah pengangkatan segera dengan endoskopi dalam kondisi paling aman dan trauma yang minimum. Pasien dengan benda asing di laring harus ditolong segera karena dapat terjadi asfiksia segera. Pada anak dengan sumbatan total laring, anak dipegang dengan posisi terbalik, kepala ke bawah, kemudian daerah punggung/tengkuk dipukul, sehingga benda asing dapat dibatukkan ke luar. Cara lain dengan perasat Heimlich. Bila sumbatan tidak total, perasat ini tidak dapat digunakan. Pasien dirujuk ke rumah sakit untuk ditolong mengeluarkan dengan cunam dan laringoskop atau bronkoskop. Bila perlu dilakukan trakeostomi dulu.

Pasien dengan benda asing di trakea harus dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas bronskoskopi. Benda dikeluarkan dengan bronkoskopi secara segera pada pasien tidur telentang dalam posisi Trendelenburg, supaya tidak lebih turun ke bronkus. Benda asing dipegang dengan cunam yang sesuai dan dikeluarkan melalui laring, diusahakan sumbu panjang benda asing segaris trakea agar mudah. Bila bronkoskopi tidak ada, dilakukan trakeostomi dan benda asing dikeluarkan memakai cunam/alat penghisap melalui stoma tersebut. Bila tidak berhasil dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas endoskopi.

Benda asing di bronkus dikeluarkan dengan bronkoskop kaku atau serat optik dan cunam yang sesuai. Tindakan ini harus segera dilakukan, apalagi bila benda asing bersifat organik. Bila tidak dapat dikeluarkan, misalnya tajam, tidak rata, dan tersangkut pada jaringan, dapat dilakukan servikotomi atau torakotomi. Antibiotik dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah endoskopi. Dilakukan fisioterapi dada pada kasus pneumonia, bronkitis purulenta, dan atelektasis. Pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan bila paru bersih dan tidak demam. Pasca bronkoskopi dibuat foto toraks hanya bila gejala pulmonum tidak menghilang. Pada keadaan tersebut perlu diselidiki lebih lanjut dan diobati secara tepat dan adekuat.

Benda asing di dasar lidah dilihat dengan kaca tenggorok yang besar. Pasien diminta menarik lidahnya sendiri dan pemeriksa memegang kaca tenggorok dengan tangan kiri, cunam dengan tangan kanan untuk mengambil benda tersebut. Bila perlu, dapat disemprotkan silokain atau pantokain. Untuk mengeluarkan benda asing di valekula dan sinus piriformis dilakukan laringoskopi langsung.