Pankreatitis Akut

 

Definisi
Pankreatitis akut merupakan kedaruratan gastrointestinal yang sering ditemukan di klinik.

 
Etiologi
Tidak selalu mudah menentukan penyebab suatu episode pankreatitis akut, namun pada dasarnya dapat diakibatkan oleh infeksi, baik virus maupun bakteri, batu saluran empedu, alkohol atau obat-obatan tertentu, sedangkan sebanyak 30% tak diketahui penyebabnya. Laporan pengamatan di Indonesia, terjadinya pankreatitis akut sebagai komplikasi demam berdarah dengue (DBD) atau demam tifoid merupakan suatu tanda prognosis yang buruk karena sering diikuti keterlibatan atau kegagalan multiorgan, seperti gagal ginjal akut atau gagal napas akut.

 
Patofisiologi
Pankreatitis akut merupakan penyakit sistemik yang terdiri dari dua fase. Pertama, fase awal yang disebabkan efek sistemik pelepasan mediator inflamasi, disebut sindrom respons inflamasi sistemik atau systemic inflammatory response syndrome (SIRS) yang berlangsung sekitar 72 jam. Gambaran klinisnya menyerupai sepsis, tetapi tidak ada bukti-bukti infeksi. Kedua, fase lanjut merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh alami yang menyebabkan keterlibatan sampai kegagalan multiorgan, yang biasanya dimulai pada awal minggu kedua. Kegagalan fungsi salah satu organ merupakan penanda beratnya penyakit dan buruknya faktor prognosis.

 
Manifestasi Klinis
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut hebat, melintang, dan tembus sampai ke bagian punggung. Biasanya disertai muntah. Rasa nyeri dapat menjalar ke seluruh abdomen, umumnya tidak dapat diatasi dengan obat analgesik biasa. Tidak jarang pasien datang dengan kembung atau mengarah ke tanda-tanda ileus paralitik. Pada fase lanjut, pasien datang dalam keadaan sindrom syok atau dengan hemodinamik yang tidak stabil.

 
Diagnosis
Kriteria yang dipakai untuk menegakkan diagnosis secara klinis praktis, salah satunya adalah kriteria Ranson yaitu:

Interpretasi klinik kriteria Ranson

Kriteria awal menggambarkan bukan beratnya proses inflamasi. Sedangkan kriteria akhir waktu 48 jam menggambarkan efek sistemik aktivitas enzim terhadap organ target, seperti paru dan ginjal. Kriteria lain, bersifat klinis praktis yang terutama diperlukan di tempat dengan sarana diagnostik terbatas dirancang oleh subbagian Gastroenterologi RSUPNCM.

Penatalaksanaan
Terapi, baik medis maupun bedah, harus dilakukan pada waktu yang tepat untuk mencegah kegagalan multiorgan yang umumnya bersifat fatal. Pada kasus dengan gagal multiorgan menetap atau hemodinamik tidak stabil, sebaiknya ditangani oleh tim multidisiplin dan pasien dirawat di ruang intensif

Terapi medis yang dilakukan meliputi:
o Pemberian cairan dan nutrisi parenteral. Dilakukan pemasangan pipa nasogastrik untuk mengistirahatkan pankreas dan mengatasi gejala ileus paralitik.
o Pengobatan komplikasi sistemik yang terjadi. Pemberian antibiotik untuk mengatasi komplikasi sistemik dapat segera dimulai jika ditemukan tanda-tanda infeksi. Obat terpilihnya adalah sefalosporin generasi baru. Untuk nekrosis pankreas yang terinfeksi, dianjurkan obat dengan penetrasi tinggi ke jaringan pankreas seperti siprofloksasin, ofloksasin, dan imipenem. Pemberian profilaksis pada nekrosis aseptik belum terbukti bermanfaat.
o Terapi simtomatis. Bila perlu diberikan petidin 50-l00 mg drip/24 jam. Dapat diberikan somatostatin 250 ug/jam pada kasus akut berat.
Bila pada minggu kedua tidak ditemukan kemajuan, kemungkinan telah terjadi nekrosis yang luas, baik steril maupun terinfeksi. Apalagi bila disertai leukosit > 20.000/Ul. Sebaiknya dilakukan tomografi komputer dan aspirasi untuk kultur mikrobiologi. Bila hasilnya positif, harus segera dilakukan pembedahan.