Tuberkolosis Paru

Definisi
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.

Manifestasi Klinis
Gejala utama TB Paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah.

Pasien TB paru menampakkan gejala klinis, yaitu:

1. Tahap asimtomatis.
2. Gejala TB paru yang khas, kemudian stagnasi dan regresi.
3. Eksaserbasi yang memburuk.
4. Gejala berulang dan menjadi kronik.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda:

1. Tanda-tanda infiltrat (redup, bronkial, ronki basah, dan lain-lain).
2. Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
3. Sekret di saluran nafas dan ronki.
4. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan bronkus.

Diagnosis
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)
3. Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB, yaitu:

o Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah.
o Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular).
o Adanya kavitas, tunggal atau ganda.
o Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.
o Adanya kalsifikasi.
o Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
o Bayangan milier.

4. Pemeriksaan sputum BTA

Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70% pasien TB yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.

5. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)

Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.

6. Tes Mantoux/Tuberkulin
7. Teknik Polymerase Chain Reaction

Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam spesimen. Juga dapat mendeteksi adanya resistensi.

8. Becton Dickinson Diagnostic Instrument System (BACTEC)

Deteksi growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh M. tuberculosis.

9. Enzyme Linked Immunosorbent Assay

Deteksi respons humoral, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Pelaksanaannya rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama sehingga menimbulkan masalah.

10. MYCODOT

Deteksi antibodi memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila terdapat antibodi spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.

Klasifikasi diagnostik TB adalah:

1. TB paru
a. BTA mikroskopis langsung (+) atau biakan (+), kelainan foto toraks menyokong TB, dan gejala klinis sesuai TB.
b. BTA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi kelainan rontgen dan klinis sesuai TB dan memberikan perbaikan pada pengobatan awal anti TB (initial therapy). Pasien golongan ini memerlukan pengobatan yang adekuat

2. TB paru tersangka
Diagnosis pada tabap ini bersifat sementara sampai basil pemeriksaan BTA didapat (paling lambat 3 bulan). Pasien dengan BTA mikroskopis langsung (-) atau belum ada hasil pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelainan rontgen dan klinis sesuai TB paru. Pengobatan dengan anti TB sudah dapat dimulai.

3. Bekas TB (tidak sakit)
Ada riwayat TB pada pasien di masa lalu dengan atau tanpa pengobatan atau gambaran rontgen normal atau abnormal tetapi stabil pada foto serial dan sputum BTA (-). Kelompok ini tidak perlu diobati.

Penatalaksanaan
Obat anti TB (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga.
Tujuan pemberian OAT, antara lain:

1. Membuat konversi sputum-BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid.
2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi.
3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.

Maka pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu:

a. Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat.
b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional.

OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R), pirazimid (Z), dan streptomisin (S) yang bersifat bakterisid dan etambutol (E) yang bersifat bakteriostatik.

Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dan klinis. Kesembuhan TB paru yang baik akan memperlihatkan sputum BTA adanya perbaikan radiologi, dan menghilangnya gejala.

Pembedahan pada TB paru
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkurang. Indikasi pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relatif

Indikasi mutlak pembedahan adalah:

a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi sputum tetap positif
b. Pasien batuk darah masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif.

Indikasi relatif pembedahan adalah:

a. Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk darah berulang.
b. Kerusakan 1 paru atau lobus dengan keluhan.
c. Sisa kavitas yang menetap.

Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) adalah nama untuk suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB.

Strategi ini terdiri dari 5 komponen, yaitu:

1. Dukungan politik para pimpinan wilayah di setiap jenjang sehingga prograrn ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan pun akan tersedia.
2. Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa TB melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif.
3. Pengawas Minum Obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum seluruh obatnya sehingga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum obatnya dan diharapkan sembuh pada akhir masa pengobatannya.
4. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat berjalan.
5. Paduan obat anti TB jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu yang tepat, sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Termasuk terjaminnya kelangsungan persediaan paduan obat ini. Paduan yang yang berlaku di Indonesia sesuai dengan anjuran WHO terdapat dalam tabel.