Sakit kepala

Sakit kepala

Sakit kepala, gejala neurologis yang paling umum. dapat terlokalisir atau menyeluruh, menimbulkan nyeri ringan sampai hebat. Sekitar 90% sakit kepala bersifat ringan dan bisa dideskripsikan sebagai kontraksi vaskular, muskular, atau keduanya. Namun, kadang-kadang sakit kepala menunjukkan adanya kelainan neurologis yang hebat yang berhubungan dengan peradangan intrakranial, kenaikan tekanan intrakranial (ICP), atau iritasi meninge. Juga berasal dari kelainan niata atau sinus, pemeriksaan, obat. atau perawatan lain.Penyebab lain dari sakit kepala mencakup demam, tegang mata, dehidrasi, penyakit demam sistemik, dan stres. Sakit kepala dapat terjadi pada gangguan metabolisrne tertentu seperti hipoksemia, hiperkapnia, hiperglisemia, dan hipoglisemia tetapi bukan gejala yang sifatnya diagnostik atau menonjol. Beberapa individu mengalami sakit kepala setelah terserang epilepsi atau batuk. bersin, mengangkat barang berat atau memburuk.


Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Jika pasien mengatakan bahwa ia sakit kepala, anda bisa mengajukan bertanyaan seperti berikut:

  • Mintalah ia menceritakan karakteristik dan lokasinya.
  • Seberapa sering ia mengalami sakit kepala?
  • Berapa lama sakit kepala itu berlangsung? Apakah ia mempunyai riwayat tekanan darah tinggi?
  • Cobalah mengidentifikasi faktor pemicunya seperti makanan tertentu atau pemajanan terhadap cahaya terang.
  • Tanyakan apa yang membantu meredakan sakit kepala itu?
  • Apakah ia mengalami stres di kantor atau di rumah?
  • Apakah ia sulit tidur?Periksa riwayat obat dan alkohol, serta tanyakan apakah ia mengalami trauma kepala selama 4 minggu terakhir.
  • Apakah pasien baru-baru ini mengalami mual, muntah, fotofobia, atau perubahan penglihatan ?
  • Apakah ia mengantuk, bingung, atau pening?
  • Apakah ia baru-baru ini mengalami kejang atau mempunyai riwayat kejang?
  • Mulailah pemeriksaan fisik dengan mengevaluasi tingkat kesadaran pasien (LOC). Kemudian cek tanda-tanda vitalnya.
  • waspadai tanda kenaikan ICP—tekanan denyut nadi melebar, bradikardia, perubahan pola pernapasan. dan kenaikan tekanan darah.
  • Periksa ukuran pupil dan responsnya terhadap cahaya, serta perhatikan adanya kekakuan leher.

Penyebab medis

  • Antraks (kutaneus).

Bersama dengan lesi makulopapular yang berkembang menjadi veslkel dan akhirnya menjadi ulser (borok). pada antraks juga terjadi sakit kepala, limfadenopati, demam, dan malaise.

  • Malformasi arteriovena.

Lebih jarang dibanding aneurisma serebral. malformasi vaskular ini biasanya disebabkan oleh cacat perkembangan darah vena dan arteri serebral. Meskipun banyak yang sudah ada sejak lahir, keadaan ini termanifestasi di masa dewasa, dengan segitiga gejala; sakit kepala, perdarahan, dan kejang.

  • Abses otak.

Pada abses otak sakit kepala terlokalisir pada daerah abses. Biasanya. sakit menghebat dalam beberapa hari dan menjadi parah jika ada peregangan. Sakit kepala disertai dengan mual, muntah, kejang fokal atau menyeluruh. LOC pasien bervariasi dari mengantuk sampai stupor yang dalam, Bergantung pada daerah abses, tanda dan gejala terkait mencakup afasia, gangguan kelajaman visual, hemiparesis, ataksia, tremor, dan perubahan kepribadian, Tanda-tanda infeksi seperti demam dan pucat. biasanya muncul di tahap lanjut; meskipun demikian, jika abses tetap terbungkus kapsul, tanda-tanda ini tidak muncul.

  • Tumor otak.

Pada awalnya, tumor menyebabkan sakit kepala yang terlokalisir di dekat tempat tumor; sewaktu tumor bertumbuh. sakit kepala menjadi menyeluruh. Sakit biasanya intermiten, dalam, tumpul, dan paling hebat di pagi hari. Sakit memburuk waktu batuk, membungkuk, melakukan gerak Valsalva, dan mengubah posisi kepala. Sakit reda jika duduk dan beristirahat. Tanda dan gejala terkait adalah perubahan kepribadian, perubahan LOC, disfungsi motoris dan sensoris, dan akhirnya, tanda-tanda kenaikan ICP seperti muntah, kenaikan tekanan darah sistolik. dan pelebaran tekanan denyut.

  • Aneurisma serebral (pecah).

Pecahnya aneurisma serebral adalah kelainan yang mengancam jiwa yang ditandai dengan sakit kepala yang mendadak, merobek-robek. yang berlangsung unilateral, dan biasanya mencapai puncak dalam beberapa menit setelah pecahnya aneurisma itu. Pasien dapat hilang kesadaran segera atau menunjukkan perubahan LOC yang bervariasi. Bergantung keparahan dan lokasi perdarahan. pasien juga mengalami mual dan muntah; tanda-tanda dan gejala iritasi meninge, seperti kekakuan nuchal, dan penglihatan kabur; hemiparesis, aktivitas kejang; serta tanda lain.

  • Virus Ebola

Pada virus Ebola, sakit kepala biasanya muncul tiba-tiba, umumnya terjadi pada hari kelima. Selain itu, pasien mempunyai riwayat malaise, mialgia.. demam tinggi, diare, nyeri perut, dehidrasi, dan letargi. Ruam kulit makulopapular timbul pada hari kelima dan ketujuh. Temuan lain adalah nyeri dada pleuritik, batuk kering; faringitis yang mencolok; hematemesis; melena; dan perdarahan dari hidung, gusi, serta vagina. Kematian biasanya  terjadi pada minggu kedua, didahului kehilangan darah yang hebat dan syok.

  • Ensefalitis.

Sakit kepala menyeluruh yang parah adalah karakteristik ensefalitis. Dalam waktu 48 jam, LOC pasien umumnya  memburuk mungkin dari letargi sampai koma, Tanda dan gejala terkait adalah demam, kekakuan nuchal, gelisah, kejang, mual dan muntah, fotofobia, palsi saraf kranialis seperti ptosis, dan gangguan neurologis fokal seperti hemiparesis dan hemiplagia.

  • Perdarahan epidural (akut).

Trauma kepala dan hilang kesadaran yang mendadak dan singkat biasanya mendahului perdarahan epidural akut, yang menyebabkan sakit kepala parah yang  progresif, yang disertai mual dan muntah, perut kencang, bingung. dan kemudian penurunan LOC yang cepat. Tanda dan gejala lain adalah kejang unilateral, hemiparesis, hemiplegia, demam tinggi, kecepatan denyut nadi menurun, dan denyut memukul-mukul, tekanan denyut melebar, kenaikan tekanan darah, refleks Babinski positif. dan postur yang memburuk.Jika pasien koma, pernapasannya menjadi dalam dan sulit, kemudian dangkal dan tidak teratur, serta akhirnya berhenti. Pelebaran pupil dapat terjadi pada sisi yang sama dengan sisi perdarahan tersebut.

  • Glaukoma (sudut tertutup akut),

Glaukoma adalah kedaruratan mata yang  menimbulkan sakit kepala yang merobek-robek serta nyeri mata akut. penglihatan kabur, penglihatan halo, mual dan muntah. Pemeriksaan menunjukkan adanya injeksi konjungtiva, kornea berkabut, dan pupil yang membesar serta kaku (moderat).

  • Sindrom paru Hantavirus.

Edema paru nonkardiogenik membedakan sindrom paru hantavirus. Alasan umum dari pasien untuk mencari pengobatan adalah tanda dan gejala seperti flu sakit kepala, mialgia, demam. mual, muntah, dan batuk diikuti dengan distress  pernapasan. Demam. hipoksia, dan (pada beberapa pasien), hipotensi serius membuat pasien dirawat inap di rumah sakit. Tanda dan gejala lain adalah kenaikan kecepatan pernapasan (28 tarikan napas/ menit atau lebih) dan kenaikan kecepatan jantung (120 denyut/menit atau lebih).

  • Hipertensi.

Hipertensi dapat menyebabkan sakit kepala osipital yang ringan, berdenyut-denyut saat bangun, yang berkurang keparahannya setelah siang hari. Namun, jika tekanan diastolik pasien di atas 120 mm Hg. sakit kepala akan tetap konstan. Tanda dan gejala terkait mencakup gallop atrial, tidak tenang. bingung, mual dan muntah, penglihatan kabur, kejang, dan perubahan LOC.

  • Influenza.

Sakit kepala frontal atau menyeluruh yang ringan biasanya dimulai mendadak pada flu. Tanda dan gejala terkait dapat berlangsung 3-5 hari dan mencakup sakit  retro-orbital yang menyayat, kelemahan, mialgia difus. demam, menggigil. batuk, rinorrhea, dan kadang-kadang. serak.

  • Listeriosis.

Tanda dan gejala listeriosis mencakup demam, mialgia. nyeri perut, mual. muntah, dan diare. Jika infeksi menyebar ke sistem saraf. dapat timbul meningitis. Tanda dan gejala ini mencakup sakit kepala. kekakuan nuchal, demam, dan perubahan LOC.

  • Meningitis.

Meningitis ditandai oleh timbulnya sakit kepala yang mendadak, konstan, dan menyeluruh. yang memburuk jika pasien bergerak. Tanda terkait mencakup kekakuan nuchal, tanda Kernig dan Brudzinski positif, hiperrefleksia dan mungkin opistonos. Pada meningitis, di tahap awal akan muncul demam yang mungkin disertai menggigil. Sewaktu ICP meningkat, muntah dan kadang-kadang, papiledema akan timbul. Tanda  lain  mencakup perubahan LOC, kejang. palsi mata, kelemahan wajah, dan hilang pendengaran.

  • Plague (sampar) (Yersinia pestis).

Plague bentuk pneumonik menyebabkan sakit kepala mendadak, menggigil, demam, mialgia, batuk berdahak, nyeri dada, takipnea, dispnea, hemoptisis, distres pernapasan, dan insufisiensi kardiopulmonari.

  • Sindrom pascakonstusio.

Sakit kepala menyeluruh atau lokal dapat muncul 1-30 hari setelah trauma kepala dan berlangsung selama 2-3 minggu. Gejala karakteristik ini dapat diuraikan sebagai sakit, nyeri berdetak-detak, menekan, menyayat, atau memukul-mukul. Pemeriksaan neurologis pasien, normal, tetapi ia mengalami giddiness, atau pening, penglihatan kabur, lelah, insomnia, ketidakmampuan berkonsentrasi, dan intoleran bunyi atau alkohol.

  • Demam Q.

Tanda dan gejala demam Q mencakup sakit kepala hebat, demam, menggigil. malaise, nyeri dada. mual. muntah. dan diare. Demam berlangsung 2 minggu dan pada Kasus yang parah,  pasien  mengalami hepatitis atau pneumonia.

  • Severe acute respiratory syndrome (SARS).

SARS umumnya dimulai dengan demam (biasanya di atas 100,4 derajat F atau 38 derajat C). Gejala lain mencakup sakit kepala; malaise; batuk tidak berdahak yang kering; dan dispnea. Keparahan penyakit sangat bervariasi, dari ringan sampai pneumonia dan pada beberapa kasus, berkembang  menjadi gagal napas dan kematian.

  • Cacar air (Variola mayor).

Tanda dan gejala awal dari cacar air mencakup sakit kepala yang hebat, sakit punggung, nyeri perut. demam tinggi, malaise, prostasi, dan ruam makulopapular pada mukosa mulut, faring, wajah, dan lengan atas, selanjutnya pada batang tubuh dan kaki Ruam menjadi vesicular, kemudian bernanah, dan akhirnya berkerak dan menjadi borok, meninggalkan jaringan parut yang berlubang-lubang. Pada kasus yang fatal, dapat terjadi kematian akibat ensefalitis, perdarahan yang hebat atau infeksi sekunder.

  • Perdarahan subarachnoid.

Perdarahan subarachnoid umumnya menimbulkan sakit kepala hebat dan mendadak bersama dengan kekakuan nuchal, mual dan muntah. kejang. pening, pelebaran pupil ipsilateral, dan perubahan LOC yang dengan cepat berkembang menjadi koma. Pasien juga menunjukkan tanda Kernig dan Brudzinski positif, fotofobia, penglihatan kabur. dan mungkin. demam. Tanda dan gejala fokal (seperti hemiparesis, hemiplegia, dan afasia) serta tanda kenaikan ICP (seperti bradikardia dan kenaikan tekanan darah) juga dapat terjadi.

  • Hematoma subdural.

Tipikal berkaitan dengan trauma kepala, hematoma subdural akut dan kronis dapat menyebabkan sakit kepala dan menurunnya LOC. Pada hematoma subdural akut, trauma kepala juga menimbulkan ngantuk, bingung, dan agitasi yang berkembang menjadi koma. Temuan tahap lanjut adalah tanda kenaikan ICP dan gangguan neurologi fokal seperti hemiparesis.

  • Hematoma subdural kronis

menimbulkan sakit kepala tumpul yang berdetak-detak yang  berfluktuasi keparahannyadan terletak di atas daerah hematoma. Beberapa minggu atau bulan setelah trauma kepala, pasien mengalami giddiness, perubahan kepribadian. bingung, kejang, dan memburuknya LOC. Tanda lanjutan adalah pelebaran pupil unilateral, reaksi pupil yang lamban terhadap cahaya, dan ptosis.

  • Tularemia.

Tanda dan gejala setelah inhalasi bakterium Francisella lularensis mencakup timbulnya sakit kepala yang tiba-tiba, demam, menggigil, mialgia menyeluruh, batuk tidak berdahak, dispnea, nyeri dada pleuritik, dan empiema

  • Tifus.

Gejala awal dari tifus adalah sakit kepala, mialgia, artralgia, dan malaise yang diikuti dengan munculnya menggigil yang tiba-tiba, demam, mual, dan muntah. Ruam makulopapular muncul pada beberapa kasus.

  • Ensefalitis West Nile.

Tanda dan gejala ensefalitis West Nile adalah demam, sakit kepala, dan nyeri tubuh, umumnya dengan ruam kulit dan pembengkakan kelenjar limfa. Infeksi yang lebih parah ditandai dengan demam tinggi. sakit kepala, kaku leher, stupor, disorientasi, konia. tremor, kejang yang muncul kadang-kadang. paralisa, dan kadang-kadang. Kematian.

 


Tanda-tanda klinis sakit kepala

International Headache Society mengklasifikasikan migrain menjadi migrain dengan dan tanpa aura. Perbedaan karakteristik keduanya dapat dilihat berikut ini :

Migrain tanpa aura

Dahulu disebut migrain biasa atau hemikrania simpleks, sakit kepala migrain tanpa aura didiagnosis jika pasien mengalami lima serangan yang mencakup gejala berikut.

  • Sakit kepala yang tidak terobati atau tidak bisa diredakan yang berlangsung 4-72 jam.
  • Dua gejala berikut: sakit kepala yang unilateral, berdenyuty moderat atau berat, atau menghebat jika ada aktivitas.
  • Mual, muntah, fotofobia atau fonofobia.

 

Migrain dengan aura

Dahulu disebut migrain klasik, klasikal, oftalamik, hemiplegik, atau afasik, sakit kepala migrain dengan aura didiagnosis jika pasien mengalami setidaknya dua serangan dengan tiga karakteristik berikut ini.  .

  • Satu atau beberapa gejala aura reversible (menunjukkan adanya disfungsi kortikal serebral atau batang otak).
  • Satu atau beberapa gejala aura yang berkembang lebih dari 4 menit atau dua atau beberapa gejala yang berlangsung berurutan.
  • Gejala aura yang berlangsung kurang dari 60 menit (per gejala).
  • Sakit kepala yang mulai sebelum, berlangsung dengan, atau mengikuti aura dengan interval kurang dari 60 menit.
  • Migrain dengan aura juga harus mempunyai salah satu karakteristik berikut ini agar.diklasifikasikan sabagai aura tipikal.
  • Gangguan penglihatan homonimus.
  • Parestesia unilateral, baal, atau keduanya.
  • Kelemahan unilateral.
  • Afasia atau gangguan bicara lainnya

Migrain juga mempunyai salah satu karakteristik berikut.

  • Pemeriksaan riwayat dan fisik serta neurologik yang negatif.
  • Pemeriksaan menunjukkan adanya kelainan yang ditunjukkan lewat investigasi yang tepat.
  • Ada kelainan, tetapi migrain tidak langsung terjadi berkaitan dengan kelainan ini.

 

Sakit kepala tegang

Berbeda dengan migrain, sakit kepala tegang episodik didiagnosis jika sakit kepala terjadi kurang dari 180 hari dalam setahun atau pasien mengalami kurang dari 15 kali sakit kepala per bulan dan ada karakteristik berikut ini.

  • Sakit kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
  • Sakit yang menekan atau mengikat, ringan atau sedang, di kedua sisi dan tidak menghebat dengan aktivitas.
  • Fotofobia atau fonofobia terjadi kadang-kadang, tetapi mual dan muntah tidak ada.

 

Sakit kepala kluster

Sakit kepaja kluster adalah tipe sindrom sakit kepala vaskular yang bisa diobati. Karakteristiknya mencakup:

  • Jenis episodik (lebih umum)  satu samoai tiga serangan sakit periorbital yang singkat per hari, dalam periode 4-8 minggu, diikuti interval bebas sakit selama ltahun.
  • Sakit unilateral yang terjadi tanpa peringatan, mencapai puncak dalam 5 menit dan terasa seperti merobek-robek dan dalam.
  • Serangan berlangsung dari 30 menit sampai 2 jam.
  • Gejala terkait robekan, kemerahan mata, hidung terasa penuh, ptosis kelopak mata, dan mual

Penyebab lain

Tes diagnostik. Pungtur lumbar, mielogram, atau prosedur epidural alau spinal dapat menimbulkan sakit kepala frontal yang berdenyut-denyut yang memburuk sewaktu berdiri.

Obat. Beberapa obat dapat menimbulkan sakit kepala. Misalnya indometasin yang menimbulkan sakit kepala biasanya di pagi hari pada beberapa pasien. Vasodilator dan obat dengan efek vasodilator seperti nitrat, dapat menimbulkan sakit kepala berdenyut-denyut. Sakit kepala juga terjadi setelah putus vasopresor seperti kafein, ergotamine. dan simpatomimetik.

Traksi. Traksi servikal dengan pin umumnya menimbulkan sakit kepala, yang menyeluruh atau hanya di tempat penyisipan pin.

 


Pertimbangan keperawatan

  • Pantau tanda-tanda vital pasien dan LOC.
  • Perhatikan perubahan keparahan atau lokasi sakit kepala.
  • Untuk membantu meredakan sakit kepala, berikan analgesik, gelapkan kamar pasien, dan minimalkan rangsang lain.
  • Siapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik, seperti rontgen kepala, scan lomografi komputer, pungtur lumbar atau arteriografi serebral.

 


Pelatihan pasien

  • Jelaskan semua prosedur dan perawatan kepada pasien.
  • Bicarakan tanda-tanda penurunan LOC dan kejang yang harus dilaporkan pasien atau orang yang merawatnya.
  • Jelaskan cara mempertahankan lingkungan yang aman dan tenang serta mengurangi stres lingkungan.
  • Bicarakan cara pemakaian analgesik yang lepat.