Esofagitis Erosif

Definisi
Esofagitis korosif adalah peradangan di esofagus yang disebabkan luka bakarkarena zat kimia yang betsifst korosif, misalnya asam kuat, basa kuat, dan zat organik. Zat kimia tersebut dapat bersifat korosif sehingga timbul.kerusakan pada saluran yang dilaluinya, atau toksik yang hanya menimbulkan gejala keracunan bila telah diserap oleh darah.

Patofisiologi
Basa kuat menyebabkan nekrosis mencair sedangkan asam kuat menyebabkan nekrosis menggumpal. Kerusakan di lambung lebih berat daripada di esofagus pada asam kuat, sedangkan pada basa kuat terjadi sebaliknya. Zat organik menimbulkan edema di mukosa atau submukosa.

Manifestasi Klinis
Keluhan dan gejala tergantung jenis, konsentrasi, jumlah zat korosif, lamanya kontak dengan dinding esofagus, sengaja diminum atau tidak dan dimuntahkan atau tidak.

Berdasarkan beratnya luka bakar yang ditemukan dibagi atas :

1. Esofagitis korosif tanpa ulserasi; gejala gangguan menelan ringan dan pada esofagoskopi tampak mukosa hiperemis tanpa disertai ulserasi.
2. Esofagitis korosif dengan ulserasi ringan; keluhan disfagia ringan dan pada esofagoskopi tampak ulkus yang tidak dalam (mengenai mukosa saja).
3. Esofagitis korosif ulseratif sedang; ulkus sudah mengenai lapisan otot, biasanya ditemukan satu atau lebih ulkus.
4. Esofagitis korosif ulseratif berat tanpa komplikasi; terdapat pengelupasan mukosa serta nekrosis yang letaknya dalam, dan telah mengenai seluruh lapisan esofagus. Bila dibiarkan akan terjadi striktur.
5. Esofagitis korosif ulseratif berat dengan komplikasi; terdapat perforasi esofagus yang dapat menimbulkan mediastinitis dan peritonitis. Kadang terdapat tanda obstruksi jalan napas dan gangguan keseimbangan asam dan basa.

Berdasarkan gejala klinis dan perjalanan penyakitnya dibagi dalam:

1. Fase akut
Berlangsung 1-3 hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan luka bakar di daerah mulut, bibir, faring, kadang disertai perdarahan. Pasien mengeluh disfagia hebat, odinofagia, dan suhu badan yang meningkat. Perasaan terbakar di saluran cerna bagian atas, mual, muntah, erosi mukosa, kejang otot, kegagalan sirkulasi dan pernapasan.

2. Fase laten
Berlangsung 2-6 minggu. Keluhan pasien berkurang dan suhu menurun. Dapat menelan dengan baik, sebenarnya proses masih terus berjalan dengan membentuk jaringan parut.

3. Fase kronik
Setelah 1-3 tahun akan terjadi disfagia lagi karena terbentuk jaringan parut, sehingga terjadi striktur esofagus.

Komplikasi
Syok, koma, edema laring, pneumonia aspirasi, perforasi esofagus, mediastinitis, dan kematian.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral untuk mendeteksi mediastinitis atau aspirasi pneumonia. Pada stadium akut, pemeriksaan dengan esofagogram tidak banyak membantu, kecuali bila dicurigai ada perforasi akut atau ruptur akibat tindakan. Esofagogram dibuat pada minggu kedua untuk melihat adanya striktur esofagus dan diulang 2 bulan kemudian.

Esofagoskopi untuk melihat adanya luka bakar di esofagus, biasanya dilakukan hari ketiga setelah kejadian.

Pemeriksaan elektrolit darah bila terdapat tanda gangguan elektrolit.

Penatalaksanaan
A. Bila tertelan zat korosif
Ditujukan untuk mencegah terjadinya striktur. Jika terdapat nyeri menelan, dipasang pipa hidung-lambung.

Pada fase akut dilakukan perawatan umum berupa perbaikan keadaan umum pasien, menjaga keseimbangan elektrolit, serta menjaga jalan napas. Jika terdapat gangguan keseimbangan elektrolit, diberikan infus aminofusin 600 sebanyak 2 botol, glukosa 10% 2 botol, NaCl 0,9% + KCl 5 meq/liter 1 botol. Untuk melindungi selaput lendir esofagus bila muntah dapat diberikan susu atau putih telur. Jika zat korosif yang tertelan diketahui jenisnya dan terjadi sebelum 6 jam, dapat dilakukan netralisasi dengan susu atau air jeruk untuk basa kuat dan antasida untuk asam kuat.

Antibiotik diberikan selama 2-3 minggu atau 5 hari bebas demam, biasanya penisilin dosis tinggi 1-1,2 juta unit/hari. Juga diberikan kortikosteroid sejak hari pertama untuk mencegah pembentukan fibrosis yang berlebihan, dengan dosis 200-300 mg sampai hari ketiga, kemudian tapering off tiap 2 hari. Dosis yang dipertahankan ialah 2 x 50 mg/hari. Jika mungkin terjadi perforasi, jangan diberikan steroid. Untuk nyeri dapat diberikan analgesik atau morfin.

Pada fase kronik bila telah terjadi striktur esofagus, dilakukan dilatasi dengan bantuan esofagoskop sekali seminggu atau dua minggu, setelah sebulan sekali 3 bulan, dan seterusnya sampai pasien dapat menelan makanan biasa. Jika hasil kurang memuaskan setelah 3 kali dilatasi, sebaiknya dilakukan reseksi esofagus dan dibuat anastomosis ujung ke ujung.

B. Bila tertelan zat organik
Diusahakan untuk mengurangi absorbsi zat organik yang tertelan dengan cara memberi susu, minum air biasa, atau pemberian norit. Kemudian faring dirangsang agar terjadi refleks muntah, dilakukan bilas lambung, dan pemberian obat pencahar.