Karsinoma Kandung Kemih

Definisi

Karsinoma ini lebih sering mengenai laki-laki dengan perbandingan 2,7:1. Biasanya dijumpai sebagai tumor yang superfisial dan pada umumnya belum disertai metastasis, namun rekurensinya tinggi.

Terjadinya tumor ini banyak dihubungkan dengan kebiasaan merokok, pemakaian zat pemanis buatan, penggunaan siklofosfamid, trauma fisis seperti infeksi, instrumentasi dan batu, dan kontak lama dengan zat-zat kimia pewarna, bahan-bahan karet dan kulit. Zat karsinogen yang dipikirkan terdapat pada rokok adalah alfa- dan beta-naftilamin, sedangkan pada industri adalah benzidin, beta-naftilamin, dan 4-aminobifenil.

Jenis histologi yang terbanyak adalah karsinoma sel transisional (90%), sedangkan jenis lain yaitu karsinoma sel skuamosa (5-10%), mixed carcinoma (4-6%), adenocarci­noma (< 2%), undiferentiated carcinoma (< 2%), dan yang sangat jarang dijumpai adalah adenoma, tumor karsinoid, karsinosarkoma, melanoma, feokromositoma, limfoma, koriokarsinoma, hemangioma, sarkoma osteogenik, dan miosarkoma.

Manifestasi Klinis
Keluhan yang paling utama adalah hematuria (85-90%) baik mikroskopik maupun makroskopik tanpa disertai rasa nyeri dan intermiten. Pada sebagian kecil pasien dapat dijumpai keluhan iritasi buli seperti frekuensi, urgensi, dan disuria. Keluhan obstruksi juga dapat ditemukan bila tumor menyumbat muara uretra interna leher kandung kemih. Keluhan yang menunjukkan penyakit telah lanjut misalnya nyeri tulang terjadi bila metastasis ke tulang atau sakit pinggang bila metastasis retroperitoneal atau obstruksi ureter juga dapat ditemukan.

Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak dijumpai kelainan. Penebalan kandung kemih atau terabanya massa tumor baru didapatkan dengan perabaan bimanual pada pasien dengan pengaruh obat anestesi bila tumor berukuran besar atau invasif. Massa tumor teraba bila ukurannya sangat besar atau sudah tumbuh ke luar dinding kandung kemih. Bila telah terjadi metastasis dapat ditemukan hepatomegali atau limfadenopati supraklavikula.

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium rutin

Biasanya tidak ditemukan kelainan selain hematuria. Anemia dapat dijumpai sebagai tanda adanya perdarahan kronis atau pendesakan sel metastasis ke sumsum tulang, sedangkan uremia dapat dijumpai bila tumor menyumbat kedua muara ureter baik karena obstruksi tumornya sendiri ataupun limfadenopati.

2. Pemeriksaan radiologi

Dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, dan foto toraks. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan traktus urinarius yaitu berupa adanya gangguan fungsi ekskresi ginjal, hidronefrosis, hidroureter, dan filling defect pada buli-buli; menilai infiltrasi tumor ke dinding buli-buli; dan melihat adanya matastasis regional atau jauh.

3. Sistoskopi dan biopsi

Pada persangkaan adanya tumor buli-buli maka pemeriksaan sistoskopi adalah mutlak dilakukan, bila perlu dapat dilakukan CT-Scan. Pada pemeriksaan sistoskopi, dapat dilihat adanya tumor dan sekaligus dapat dilakukan biopsi atau reseksi tumor yang juga merupakan tindakan pengobatan pada tumor-tumor superfisial.

Klasifikasi
Ta : Tumor terbatas pada epitelium

Tis : Karsinoma in situ

T1 : Tumor sampai dengan lapisan subepitelium

T2 : Tumor sampai dengan lapisan otot superfisial

T3a : Tumor sampai dengan lapisan otot dalam

T3b : Tumor sampai dengan lapisan lemak perivesika

T4 : Tumor sampai dengan jaringan di luar buli-buli: prostat, uterus, vagina, dinding pelvis, dan dinding abdomen.

Stadium Ta, Tis, dan T1 digolongkan sebagai tumor superfisial, sedangkan stadium T2 sampai dengan T4 digolongkan sebagai tumor invasif.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung stadium tumor.

Pada pasien dengan tumor superfisial yang hanya menjalani pengobatan dengan TUR (disertai atau tidak disertai kemoterapi intravesika), kontrol sistoskopi berkala mutlak dikerjakan. Sedangkan pada pasien yang menjalani pengobatan dengan sistektomi radikal dilakukan foto toraks berkala.

Prognosis
Penyakit ini mempunyai prognosis yang sangat bervariasi walaupun secara umum tergantung dari stadium dan derajat histologi tumor. Pada umumnya pasien dengan tumor superfisial mempunyai harapan hidup 5 tahun yang cukup baik sedangkan pasien dengan tumor yang sudah tumbuh sampai ke lapisan otot dalam mempunyai angka harapan hidup 5 tahun sekitar 40-50%. Pada stadium T4 tanpa metastasis, angka harapan hidup 5 tahun berkisar antara 10-17%, sedangkan bila sudah terjadi metastasis maka sangat sedikit yang dapat bertahan hidup lebih dari 5 tahun.